Centraverse

Kembali ke beranda Centranews

Staf Microsoft Kembali Unjuk Rasa Bela Palestina

Avatar Muhammad Ferdiansyah

Microsoft baru-baru ini menggelar acara tahunan konferensi developernya, Microsoft Build, di Seattle kemarin malam (19/5). Acara ini menunjukkan berbagai pengumuman dan pelatihan bagi para developer yang mengembangkan aplikasi, game, dan AI dengan platform besutan raksasa teknologi tersebut.

Beberapa pengumuman di acara tersebut mulai dari penghapusan biaya pendaftaran untuk developer perorangan di Microsoft Store, dan beberapa layanan dan aplikasi seperti GitHub Copilot menjadi open-source.

Namun, di tengah perhelatan konferensi tersebut, seorang staf Microsoft yang tergabung dalam gerakan No Azure for Apartheid kembali menyuarakan kepeduliannya terhadap Palestina.

Potong Pidato Satya Nadella demi Palestina

Joe Lopez, yang bekerja sebagai insinyur firmware dari divisi sistem perangkat keras Azure selama empat tahun terakhir ini menyela pidato CEO Microsoft, Satya Nadella, di acara tersebut.

Lopez berdiri di tengah kursi penonton dan menyela pidato Satya Nadella yang tengah berbicara tentang Visual Studio di atas panggung. Ia kemudian berteriak dengan lantang mengenai teknologi Azure yang Israel gunakan dalam agenda mereka.

“Satya, bagaimana kalau Anda menunjukkan bagaimana Microsoft membunuh rakyat Palestina?” teriaknya.

Terdengar pidato Satya sempat terputus, namun Ia tetap lanjut berbicara seakan tak menghiraukan teriakan dari Lopez. Walau demikian, Lopez tetap lanjut berteriak menyuarakan keresahannya sebagai staf Microsoft.

“Coba tunjukkan bahwa kejahatan perang Israel ditenagai oleh Azure!” lanjut Lopez

Dengan cepat petugas keamanan mencoba membawa Lopez keluar ruangan dengan paksa. Ia pun terus melanjutkan unjuk rasanya sebagai staf Microsoft yang enggan terlibat dalam genosida Israel terhadap Palestina.

Lopez pun mengirimkan memo email kepada rekan sejawatnya di Microsoft setelah aksinya tersebut.

Mantan Staf Google Turut Suarakan Anti-Genosida

Tidak hanya staf Microsoft saja yang ikut dalam aksi ini, berdasarkan video yang diunggah ke Instagram No Azure for Apartheid dan Jewish Voice for Peace. Salah seorang mantan staf Google berhasil merekam momen ini.

Mantan staf Google tersebut merupakan salah satu dari beberapa orang yang dipecat akibat terlibat dalam unjuk rasa yang memprotes keterlibatan Google dalam “Project Nimbus”. Proyek ini merupakan kerja sama infrastruktur cloud antara Google dan Israel.

Peserta anonim tersebut berteriak “Free Palestine!” ketika petugas keamanan memintanya kembali duduk dan berhenti merekam aksi tersebut. Ia sempat menyuarakan bahwa berbagai pekerja di sektor teknologi juga mendukung aksi ini. Sampai akhirnya, petugas keamanan juga harus mendorongnya keluar lokasi acara.

Microsoft Tepis Tudingan Para Aktivis

Tak lama setelah aksi serupa di perayaan ulang tahunnya yang ke-50, Microsoft membantah tudingan penggunaan teknologinya dalam genosida Palestina. Kelompok No Azure for Apartheid merupakan gabungan staf dan mantan staf Microsoft yang menyuarakan penghentian kerjasama perusahaan tersebut dengan Israel.

Gerakan ini menuding bahwa Kementerian Pertahanan Israel telah menggunakan teknologi cloud Azure dan AI Microsoft dalam genosida di Palestina.

Dalam sebuah laporan oleh The Guardian, Microsoft dan OpenAI, perusahaan yang telah menerima investasi besar-besaran dari Microsoft, menunjukkan bahwa militer Israel semakin meningkatkan penggunaan teknologi kedua perusahaan tersebut.

Microsoft menyatakan bahwa kerjasama perusahaan tersebut dengan pemerintah Israel dalam penyediaan layanan cloud dan AI mereka merupakan kerjasama bisnis biasa. Mereka juga telah melakukan audit internal dan eksternal oleh auditor independen demi memeriksa penggunaan layanan Azure mereka tidak melanggar ketentuan penggunaan mereka.

No Azure for Apartheid pun langsung menyangkal pernataan perusahaan rintisan Bill Gates tersebut. Hossam Nasr, aktivis kelompok tersebut yang juga merupakan mantan staf Microsoft, menyatakan bahwa pernyataan tersebut adalah kebohongan besar.

“Dalam satu kalimat, mereka mengklaim bahwa teknologi mereka tidak digunakan untuk menyakiti penduduk Gaza, di saat yang sama mereka juga tidak mengetahui bagaimana teknologi mereka digunakan (oleh Israel).” ujar Nasr.

Nasr juga manilai pernyataan tersebut merupakan sebuah PR stunt untuk “memperbaiki citra mereka yang rusak akibat hubungan dengan militer Israel”.

Komentar

Bagaimana tanggapanmu?