Siapa bilang hanya visual yang bisa digunakan untuk membangun branding? Kita bisa membangun identitas merek dengan berbagai strategi. Salah satunya adalah membuat sonic branding.
Percaya atau tidak, menggunakan sonic branding dapat membuat merek kita lebih mudah dikenali, diingat, dan membangun hubungan yang lebih kuat dengan pelanggan, lho.
Yuk, kenali lebih jauh apa itu sonic branding, manfaatnya, cara membangunnya, serta contoh-contoh suksesnya!
Apa Itu Sonic Branding?
Sonic branding adalah strategi membangun identitas merek yang menggunakan sarana audio sebagai elemen identitas sebuah merek. Suara yang khas ini membantu sebuah merek agar lebih mudah dikenali oleh konsumen, sekaligus membangun hubungan emosional.
Ada beberapa bentuk Sonic Branding yang biasa digunakan oleh brand, di antaranya:
- Jingle: Lagu pendek yang mudah diingat dan sering diputar dalam iklan. Jingle membuat brand kita selalu diingat oleh konsumen, bahkan ketika mereka tidak melihat produk secara langsung.
- Audio Logo: Suara atau melodi pendek yang langsung mengingatkan konsumen pada brand tertentu, seperti suara khas saat menyalakan perangkat atau menggunakan layanan.
- Nada Dering: Nada dering atau suara notifikasi yang khas juga bisa menjadi bagian dari identitas brand, terutama untuk aplikasi atau layanan berbasis teknologi.
- Musik Latar di Toko: Musik yang diputar di toko fisik dapat membantu menciptakan suasana yang sesuai dengan karakter merek.
Dengan desain suara yang konsisten dan relevan, sonic branding dapat menjadi alat yang kuat untuk meningkatkan brand awareness dan memperkuat brand identity di benak konsumen.
Apa Saja Manfaatnya?
Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh sebuah merek ketika menggunakan sonic branding, antara lain:
- Lebih Mudah Dikenali: Suara yang unik membuat brand lebih menonjol dan gampang diingat oleh konsumen.
- Meningkatkan Loyalitas Pelanggan: Suara yang sering didengar konsumen dapat menciptakan hubungan emosional yang kuat, membuat mereka lebih loyal terhadap brand.
- Membentuk Brand Personality: Suara yang digunakan juga dapat mencerminkan karakter dan nilai-nilai brand, sehingga brand terlihat lebih berkepribadian.
Membangun Sonic Branding
Untuk menciptakan sonic branding yang efektif, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan:
- Pahami Karakter Brand: Pilih suara yang sesuai dengan identitas dan pesan brand.
- Kenali Target Pasar: Pastikan suara yang dipilih sesuai dengan preferensi dan selera target audiens.
- Sesuaikan dengan Produk: Suara juga harus mencerminkan jenis produk yang dijual, apakah itu produk yang menyenangkan, formal, atau santai.
- Lakukan Riset: Sebelum memilih suara, lakukan riset untuk menemukan suara yang paling tepat dan relevan untuk merek yang dibangun.
Contoh Sonic Branding yang Sukses
Banyak brand besar yang telah sukses memanfaatkan Sonic Branding untuk memperkuat identitas mereka. Berikut beberapa contoh brand yang berhasil menggunakan strategi ini:
Industri Ritel
Gerai ritel seperti Indomaret, Alfamart, Super Indo, dan lainnya memutar jingle buatan mereka sendiri secara berulang-ulang di seluruh gerai. Mereka biasanya menyelingi jingle ini dengan musik lain atau menyampaikan informasi penting serta promosi yang sedang berlangsung di toko-toko mereka.
Meskipun banyak orang tidak terlalu memperhatikan musik yang diputar saat berbelanja, strategi ini terbukti efektif dalam meningkatkan loyalitas pelanggan dan menaikkan penjualan.
Industri Teknologi
Nada lima not khas “Intel Inside” menjadi salah satu contoh sonic branding yang paling terkenal di dunia teknologi. Intel selalu menggunakan nada tersebut dalam pemasaran mereka dan di seluruh perangkat yang menggunakan prosesor mereka, sehingga banyak orang dapat mendengar audio logo ini.
Strategi serupa juga datang dari produsen ponsel seperti Samsung. Mereka memiliki ringtone khas yang bahkan sudah menjadi meme di kalangan anak muda. Samsung memperbarui ringtone mereka setiap tahun, namun tetap mempertahankan nada yang diberi nama “Over the Horizon”.
Berbagai merek teknologi di Indonesia juga memanfaatkan strategi ini untuk membangun merek mereka. Gojek, Tokopedia, dan Traveloka memiliki suara notifikasi yang khas. Mereka juga sering menggunakan audio notifiksai mereka dalam marketingnya.
Industri Makanan dan Minuman

Tak hanya industri ritel dan teknologi, industri makanan dan minuman juga menggunakan strategi ini untuk membangun identitas mereka.
Jingle “I’m Lovin’ It” milik McDonald’s telah menjadi ikon iklan global mereka. Nada ceria dengan 9 not ini menjadi identitas ikonik selain logo mereka.
Di Indonesia, McDonald’s juga memperkenalkan lagu “Mana Lagi Selain di Mekdi” yang membuat konsumen langsung merasakan kesenangan dan kepuasan, memperkuat hubungan emosional dengan brand.
Pemain kecil juga tak kalah dalam menggunakan sonic branding. Pedagang keliling misalnya seperti Susu Murni Nasional, tahu bulat, atau ratusan hingga ribuan pedagang makanan keliling lainnya juga secara tidak langsung membuat strategi ini agar dapat menarik perhatian pembeli.
Dengan semakin banyaknya brand yang bersaing untuk mendapat perhatian konsumen, strategi ini dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan brand awareness dan membangun hubungan emosional dengan pelanggan. Suara yang khas dan konsisten dapat memperkuat identitas merek serta membuat konsumen lebih mudah mengingat dan mengenali merek kita.
Dengan mengikuti langkah-langkah membangun sonic branding yang efektif, kita dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dan menciptakan hubungan jangka panjang yang lebih kuat dengan audiens kita.
Bagaimana tanggapanmu?