Presiden Joko Widodo secara resmi memberhentikan Heru Budi Hartono sebagai Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta. Heru Budi digantikan oleh Teguh Setyabudi, yang sebelumnya menjabat sebagai Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri.
Pergantian pengisi jabatan ini mengacu pada Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 125/P. Presiden Jokowi menandatangani Keppres ini pada 16 Oktober 2024 kemarin.
Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana mengonfirmasi bahwa masa jabatan Heru Budi berakhir pada 17 Oktober 2024, dua tahun setelah pelantikannya pada 17 Oktober 2022.
“Pada Keppres tersebut, Presiden memberhentikan dengan hormat Bapak Heru Budi Hartono sebagai PJ Gubernur DKI Jakarta dan mengangkat Bapak Teguh Setyabudi sebagai PJ Gubernur DKI Jakarta,” sambungnya.
Presiden Jokowi menganggap Teguh Setyabudi memiliki kapasitas yang memadai untuk melanjutkan program-program yang tengah berjalan di Jakarta sampai Gubernur baru terpilih di Pilkada tahun ini.
Fraksi DPRD Sempat Usulkan Nama Lain
Menurut laporan Suara.com, DPRD DKI Jakarta menggelar rapat penentuan calon Pj Gubernur pada 13 September 2024. Setiap fraksi mengajukan tiga nama. Nama-nama yang paling banyak diusulkan akan diajukan ke Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Partai-partai politik di DPRD menyampaikan dukungan mereka terhadap pertimbangan berbagai usulan calon untuk jabatan Pj Gubernur DKI.
Sebagian besar partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus mendukung Teguh Setyabudi, Akmal Malik (Pj Gubernur Kalimantan Timur), dan Tomsi Tohir (Plt Sekjen Kemendagri).
Namun, PKS mengusulkan Rudy Sufahriadi, dan NasDem mendukung Joko Agus Setyono. Sementara PDIP tetap mengusulkan Heru Budi sebagai Pj Gubernur, bersama Joko Agus Setyono dan Marullah Matali.
Heru Budi Puji Kinerja Jokowi
Heru Budi Hartono dikenal sebagai orang dekat Presiden Jokowi. Selama mendampingi Jokowi, Heru banyak belajar mengenai kepemimpinan, terutama terkait pembangunan infrastruktur yang menjadi prioritas nasional.
Ia juga sering mendampingi Presiden dalam kunjungan kerja, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
“Ya saya dampingi beliau (Jokowi) sejak 2012 ya, tentunya banyak yang saya pelajari terkait dengan kepemimpinan beliau,” kata Heru di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (17/10).
Heru juga menyebutkan bahwa penanganan banjir di Jatiluhur merupakan salah satu pencapaian penting Jokowi, selain pembangunan infrastruktur skala nasional. Penanganan banjir dan proyek infrastruktur lainnya menjadi teladan bagi Heru dalam melaksanakan tugas-tugasnya di pemerintahan.
“Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih kepada beliau ya, tentunya juga selain membenahi Jakarta, infrastruktur se-Indonesia juga dibangun dan itu menjadi contoh yang baik bagi saya sebagai staf beliau,” ujarnya.
Pj Gubernur Kontroversial
Heru memulai kariernya di pemerintahan pada 1993 sebagai Staf Khusus Wali Kota Jakarta Utara. Kemudian, ia mengisi berbagai posisi penting di Pemerintah Kota Jakarta Utara, seperti Staf Bagian Penyusunan Program (1995), Kasubag Pengendalian Pelaporan (1999), hingga Kepala Bagian Prasarana dan Sarana Perkotaan (2008).
Pada 2013, Heru menjabat sebagai Kepala Biro Kepala Daerah dan Kerja Sama Luar Negeri (KDH dan KLN) DKI Jakarta. Sampai akhirnya ia terpilih sebagai Wali Kota Jakarta Utara pada 2014.
Kariernya semakin berkembang ketika ia menjabat sebagai Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) DKI Jakarta pada 2014 hingga 2017. Pada 2017, Heru menjadi Kepala Sekretariat Presiden RI dan menjabat hingga kini.
Selama menjabat sebagai Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi terlibat dalam beberapa kontroversi. Salah satunya terkait peluncuran logo “Sukses Jakarta untuk Indonesia” yang diduga menjadi upaya menggantikan logo Plus Jakarta dari era Anies Baswedan. Heru membantahnya dengan menyatakan bahwa slogan baru hanya menggantikan slogan “Maju Kotanya, Bahagia Warganya”.
Kontroversi lain muncul ketika Heru mengalihfungsikan jalur pedestrian dan jalur sepeda di Jalan Santa-Kapten Tendean menjadi jalan raya pada 2023 silam. Keputusan ini memicu kecaman dari penggiat sepeda dan pejalan kaki.
Bagaimana tanggapanmu?